Lampongonline.com, Bandar Lampung —Setiap 17 Agustus, bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan.
Untuk tahun ini, Indonesia akan merayakan dirgahayu atau hari ulang tahun (HUT) ke-76.
Kemerdekaan yang dirasakan bangsa Indonesia saat ini berkat perjuangan para pahlawan, yang mengorbankan jiwa dan raganya.
Lampung juga memiliki tokoh-tokoh pejuang dan pahlawan yang berkontribusi mengusir penjajah.
Berikut empat pejuang dan pahlawan yang berasal dari Lampung, dilansir IDNTimes, Rabu (4/8/2021):
1. Raden Imba Kesuma

Merupakan patriot tanah Lampung Melinting yang berasal dari Kalianda, Lampung Selatan.
Raden Imba Kusuma mewarisi tahta sebagai Radin di Lampung Selatan dan sifat-sifat ayahnya yaitu anti terhadap penjajahan Belanda, dan berusaha untuk melawannya.
Pada saat melawan Belanda, persembunyiannya diketahui, sehingga Raden Imba Kusuma dibuang ke Pulau Timor oleh Belanda dan wafat di sana.
Pada saat itu istrinya sedang hamil dan dipulangkan ke Lampung.
Sejak meninggalnya Raden Imba Kusuma, kekuasaan Lampung berada sepenuhnya di tangan Belanda.
Selama itulah, kurang lebih 15 tahun, Lampung sepi dari pemberontakan.
2. Radin Inten II

Salah satu pahlawan nasional asal Lampung yang banyak menjadi ikon di Bumi Ruwa Jurai adalah Radin Inten II, putra tunggal dari Radin Imba II.
Malangnya, pahlawan yang namanya diabadikan sebagai nama jalan, perguruan tinggi, bandar udara ini tidak pernah melihat ayah kandungnya.
Saat itu sang ayah ditangkap Belanda dan dibuang ke Timor, karena memimpin perlawanan bersenjata menentang kehadiran Belanda yang ingin menjajah Lampung.
Namun berkat cerita sang ibu tentang sosok ayahnya, jiwa kepemimpinan itu pun tumbuh dalam diri Radin Inten II.
Di usia 16 tahun, Radin Inten II ditunjuk menggantikan posisi sang ayah sebagai pemimpin Lampung.
3. KH Ahmad Hanafiah

Lampung juga memiliki pahlawan sekaligus ulama yaitu KH Ahmad Hanafiah dari Kota Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.
Ayahnya merupakan pemilik pondok pesantren pertama di Lampung, sehingga sejak usia 5 tahun Ahmad Hanafiah sudah khatam Al Quran.
Tak hanya belajar ilmu agama dengan sang ayah, Ahmad juga menjelajahi pesantren di luar negeri seperti di Malaysia, Mekah dan Madinah.
Bekal jiwa kepemimpinan dan ilmu yang dimiliki tak disia-siakan. Ia tak hanya sibuk di bidang keilmuan, tetapi turun langsung ke masyarakat, seperti membantu perekonomian hingga mengembangkan teknologi pertanian.
Hal menarik lain, Ahmad dikabarkan kebal dengan peluru. Ia juga pemberani dan ditakuti lawan.
Meski begitu, sosoknya sangat rendah hati dan tidak mau menonjolkan diri. Bahkan selalu berjuang tanpa pamrih.
4. Gele Harun Nasution

Gele Harun Nasution memang bukan lahir di Lampung, melainkan di Sibolga, Sumatera Utara, pada 6 Desember 1910.
Namun sang ayah, Harun Al-Rasyid Nasution bekerja sebagai dokter di, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung.
Kondisi perang yang dimulai setelah Indonesia merdeka seiring masuknya Belanda, membuat Gele Harun terlibat langsung dalam pertempuran.
Ia memimpin Angkatan Pemuda Indonesia (API) di Palembang, kendati masih menjadi Ketua Mahkamah Tentara Sumatera Selatan yang diembannya sejak 1947.
Namun, Gubernur Jenderal Hindia Belanda (de facto), Hubertus van Mook, memperingatkan tentara RI, termasuk hakim militer, harus hengkang dari Palembang.
Gele Harun memilih pulang ke Lampung, bergabung dengan API pimpinan Pangeran Mohammad Nur.
Atas dasar itu, pada 5 Januari Gele Harun Nasution diangkat sebagai Kepala Pemerintah Darurat atau Pejabat Pelaksana Tugas Residen Lampung. (*)
Foto: Menara Siger (ilustrasi/wisatasumatera.com)